Tw*eter "Saling Sindir Jokowi-SBY"
TEMPO.CO, Jakarta
- Politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul menengarai status seolah
saling sindir di jejaring sosial antara Presiden Joko Widodo dan mantan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak ditulis langsung oleh keduanya.
"Karena akun resmi di jejaring sosial itu biasanya diurus oleh tim.
Jadi, bisa saja ditulis oleh tim, bukan oleh Pak SBY dan Jokowi
langsung," ujarnya kepada Tempo, Sabtu, 29 November 2014.
Jumat siang, SBY melalui akun Twitter-nya, @SBYudhoyono, menulis cuitan
yang mengatakan,"Petik pelajaran di dunia. Pemimpin yg selalu
dibenarkan apapun perkataan & tindakannya, tak disadari bisa menjadi
diktator atau tiran. *SBY*."
Setelahnya, SBY melanjutkan cuitannya dengan menulis "Setiap pemimpin
pastilah ingin berbuat yg terbaik. Tidak ingin jadi diktator atau tiran
& kemudian harus jatuh, spt yg kerap terjadi. *SBY*."
Di
malam harinya, Jokowi dengan akun resminya menulis status yang seolah
membalas cuitan SBY. Ia menulis, "Kepemimpinan yang dipercaya diperoleh
melalui kesadaran rakyat atas tujuan tujuan negara, sementara
kepemimpinan tirani adalah membungkam kesadaran rakyat bisa itu dengan
bayonet atau pencitraan tanpa kerja."
Jokowi tak hanya menulis
satu, tapi dua status. Status keduanya menyebutkan, "Dan dalam
kepemimpinan saya hal paling penting adalah membangun kepercayaan rakyat
dengan kesadaran penuh bahwa ada tujuan-tujuan besar negara ini menuju
kemakmuran Indonesia Raya."
Karena belum tentu ditulis langsung
oleh Jokowi maupun SBY, Ruhut meminta masyarakat untuk tidak
terpengaruh. Dan, kalaupun ditulis oleh SBY dan Jokowi langsung, Ruhut
merasa hubungan keduanya akan tetap baik-baik saja. "Sejauh ini
komunikasi di antara keduanya bagus kok," ujarnya.
Menurut Pak Celetuk, memang Tweet Pak Jokowi sangat benar. Sangat tepat dan mengena dari Sindiran pak SBY. Malahan tentang : "Petik pelajaran di dunia. Pemimpin yg selalu
dibenarkan apapun perkataan & tindakannya, tak disadari bisa menjadi
diktator atau tiran." . Rakyat Indonesia saat ini sudah lebih berpendidikan dan pintar, mereka bisa membandingkan benar dan salahnya suatu keputusan. Di sinilah terjadi "Pembenaran dari Keputusan Pak Jokowi". Dengan mencabut Subsidi BBm serta mengalirkan Susidi ke sektor lain dengan lebih tepat, dan juga dapat menelusuri dan menindak Mafia Migas secara tepat.
Sekarang kita dapat membandingkan kinerja keduabelah pihak, Antara Pak SBY dan Pak Jokowi, terlihat seperti timbangan yang berat sebelah. Terlalu timpang..!! Dimana kinerja Pak Jokowi langsung Josss.... meskipun banyak di jegal Oleh Kubu Prabowo, di pusingkan dengan Pencitraan Patai Pak SBY (Demokrat), dll. Tetap terlihat sangat baik kinerjanya, bayangkan apabila tidak ada Ganguan-gangguan dari Tikus-tikus itu. WOWWW... Pasti Mak nyuss yaa..
Dibandingkan dengan Kinerja pemerintahan Pak SBY, yaa.. sangat berbeda. yang kesulitan diatasi oleh Pak SBY, oleh Pak Jokowi terlihat mudah, Bahkan Pemerintahan Pak Jokowi terlihat bingung dengan kinerja Pemerintahan kemarin, karena aslinya bisa dengan mudah di kerjakan.. Kenapa hal itu terjadi?? 1.Pencitraan, 2. Kepentingan Golongan, 3. Kepentingan Pribadi. Apabila membuang itu semua, kinerjanya tak akan berbeda dari Pak Jokowi pastinya.
Keputusan yang di ambil Pak Jokowi, Pak Ahok, Bu Suzi, adalah keputusan dengan tujuan kesejahteraan Rakyat Indonesia, Dan membangun Indonesia menjadi lebih baik. Itu sudah SOLID dan tak bisa di tawar. Adapun alasan nya, kita harus pahami juga, supaya dapat menerima, dan mensupport.
Selama ini, Pak Celetuk dan pengamat Politik lain memantau bahwa penolakan dari kubu-kubu lain, semata-mata memang hanya untuk Pencitraan, usaha Kudeta, kepentingan Golongan, dan Kepentingan Pribadi.
Ayo...kerja sama untuk Membangun Indonesia Suksess..!! Semangat Pak Jokowi !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar secara bebas dan bermanfaat membangun Bangsa Indonesia