QZ8501: Naik Cepat, Jatuh, dan Ucapan Allahu Akbar
TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengungkap detik-detik terakhir pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak pada Ahad 28 Desember lalu. Sesuai data radar, kata dia, pesawat naik cepat sekitar 6.000 kaki per menit.
"Jarang sekali pesawat komersial naik secepat itu. Biasanya naik 1.000 sampai 2.000 kaki per menit. Cara itu hanya bisa dilakukan pesawat jet tempur," ujar Jonan seperti ditulis oleh The Telegraph dengan mengutip AFP. Menteri Jonan menjelaskan hal itu saat rapat di Komisi Perhubungan di DPR, Selasa, 20 Januari 2015.
Menurut Jonan, QZ8501 naik dari ketinggian 32.000 kaki ke 33.700 kaki hanya dalam waktu sekitar 15 detik. "Pada titik tersebut pesawat naik 6.000 kaki per menit," kata Jonan seperti dikutip oleh CNN Indonesia.
Detik-detik berikutnya, pesawat semakin melesat naik dengan kecepatan mencapai 11.100 kaki per menit. "Tiga belas detik setelahnya pesawat berada di ketinggian 36.700 kaki dan enam detik kemudian turun sebanyak 1.500 kaki," ujar Jonan.
Masih menurut CNN Indonesia , Jonan mengatakan, setelah itu pesawat turun 7.900 kaki, lalu menyentuh ketinggian 24.000 kaki dan akhirnya tak bisa terdeteksi lagi. "Jadi pesawat pada menit-menit terakhir naik dengan kecepatan di atas batas normal. Setelah itu setop. Itu data radar," ujarnya.
Kemungkinan pesawat QZ8501 kehilangan tenaga lalu jatuh atau stall itu sebelumnya sudah diprediksi oleh ahli penerbangan. Jose Silva, ahli penerbangan di Melbourne, Australia, misalnya, menampik anggapan bahwa kecelakaan pesawat Air Asia QZ8501 disebabkan pembekuan mesin.
"Pesawat komersial modern sudah melalui uji antibeku untuk menghindari pembekuan mesin," kata Silva seperti dilansir dari The Sydney Morning Herald, Senin, 5 Januari 2014.
Situasi terakhir di dalam pesawat QZ8501 hingga sekarang masih diselidiki oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Tapi investigator KNKT, Nurcahyo Utomo, membantah bahwa pilot pesawat AirAsia QZ8501 berteriak "Allahu Akbar" sebelum jatuh, seperti banyak diberitakan belakangan ini.
"Itu bukan dari QZ8501," kata Nurcahyo melalui pesan pendek, Selasa, 20 Januari 2015. Teriakan "Allahu Akbar", menurut Nurcahyo, berasal dari rekaman pesawat lain yang jatuh di Indonesia. "Itu yang dulu-dulu, biasanya begitu," ujar dia.
Nurcahyo enggan menimbulkan spekulasi apa yang dikatakan pilot AirAsia QZ8501 sebelum jatuh. "Transkrip rekaman tak boleh dipublikasikan menurut undang-undang," katanya.
Saat ini KNKT masih memproses Cockpit Voice Recorder (CVR) dan Flight Data Recorder (FDR) yang biasanya disebut kotak hitam. CVR AirAsia QZ8501 diangkut ke markas KNKT sejak 13 Januari 2015, menyusul FDR yang dibawa ke KNKT sehari sebelumnya.
Wahh.. Berita yang di dapat dari data Black Box Air Asia QZ 8501 ini begitu mencengangkan. Bagaimana tidak, data tersebut begitu konyol dan aneh sekali. Masyarakat memandang hasil tersebut seperti rekayasa saja. Sampai dimana kebenaran berita tersebut?? Ataukah Indonesia yang masih belum mampu membaca data dari Black box dengan baik??
Tetang Kata "Allahu-Akbar", Bagaimana suara tersebut bisa jadi berita Isi dari Black box tersebut, kalau dari pesawat lain yang jatuh? Apakah Kata tersebut muncul karena berita tersebut telah " dibumbui" oleh orang lain??
Hidup Indonesia...!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar secara bebas dan bermanfaat membangun Bangsa Indonesia